Wanita yang Ditinggal Suami Karena Bayinya Cacat, Akhirnya Gugat Cerai Suaminya.

Seolah kehabisan kesabaran, Dina Oktavia (21) akhirnya menggugat cerai sang suami.

Ia kehilangan harapan setelah sang sang suami juga tidak menerima bayinya yang terlahir cacat.



Dina dan suaminya Muhammad Abdul Azis (23) menikah pada 2018. Ia sempat tinggal bersama di rumah orang tua suami.

Namun itu tidak berlangsung lama. Sebab keluarga Muhammad kemudian menolak kehadiran Dina.

Dina lalu tinggal di tempat terpisah dengan suaminya. Ia tinggal di rumah kontrakan bersama ibunya, sedangkan Muhammad tetap di rumah orang tuanya karena kontrakan Dina tidak muat ditempati bertiga.

“Pas setelah menikah sempat tinggal di rumah suami saya bersama keluarganya. Tapi keluarganya tidak menerima saya. Jadi saya balik lagi ke rumah saya,” kata Dina kepada detikcom, Selasa (3/12/2019).

“Ya, karena terbatas dan sempit rumah saya hanya cukup ditinggali saya dengan ibu saya. Sedangkan suami saya tetap tinggal dengan keluarganya,” tambahnya.

Dina menuturkan, penolakan dari keluarga Muhammad semakin kencang setelah Dina melahirkan Pandhu yang mengalami kelainan di bagian wajah.

Pandhu yang berusia lima bulan menderita facial cleft tessier hydrocephalus myelomeningocele atau kerusakan pada bagian wajah.

Yang membuat Dina semakin sedih, suaminya juga ikut-ikutan menolak kehadiran Pandhu.

Bahkan, lanjut Dina, suaminya tidak sekalipun ikut mendampingi saat bayinya yang terlahir cacat dioperasi.

Menurutnya Muhammad malah pergi ke luar kota bersama dengan teman-temannya.

“Dia sebenarnya tahu kalau anaknya akan dioperasi. Dia sempat tanya. Saya juga kasih tahu di rumah sakit ini, di kamar ini. Tapi ya nggak menemani. Malah ditinggal keluar kota sama teman-temannya,” jelasnya.

Maka dari itu, ia kemudian menggugat cerai suaminya. Sampai saat ini masih dalam proses di pengadilan agama.

“Seharusnya bulan kemarin saya urusnya ke pengadilan agama. Tapi karena ada jadwal anak saya operasi dan kontrol, jadi saya tunda dulu mungkin sebulan ke depan lagi,” tuturnya.

Menurut Dina, pernikahan seharusnya bukan hanya menyatukan dua insan, namun juga dua keluarga.

Dina keberatan jika selama ini dari pihak keluarga suami terus-terusan menolak kehadiran ia dan bayinya.

“Bagi saya pernikahan itu kan nggak menyatukan dua orang saja tapi dua keluarga juga masing-masing. Nah kalau seperti ini kan berat sebelah. Dari pada tersiksa batin dan anak saya nggak diakui, saya lebih baik sendiri saja,” paparnya.

“Toh, banyak yang sayang dengan anak saya. Terus saya juga masih bisa cari nafkah,” sambung Dina.

Sejak mengajukan gugatan, Dina mengakui suaminya sedikit sadar. Ia bahkan sudah mulai menjenguk lagi anaknya.

Ia menilai, sikap suaminya diduga merupakan dorongan dari keluarganya.

“Saya nggak tahu kalau dia terima apa tidak gugatan cerainya. Tapi kan awalnya dia kurang terima. Tapi sejak saat ini dia mulai menyadari kalau dia salah. Tapi nggak tahu ya, mungkin memang dorongan dari keluarganya dia merasa kekeh paling benar sendiri. Padahal nggak sepenuhnya juga,” pungkasnya.

Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Loading...
Back To Top