Siapa yang tak kenal jamur tiram? Bunda pasti tahu, karena jamur ini mudah sekali ditemukan di penjual sayur. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur liar yang dapat tumbuh dengan mengandalkan media serbuk kayu atau jerami. Berbagai jamur, termasuk jamur tiram, kerap digunakan sebagai penyerap kontaminan lingkungan, seperti mengurangi racun, merangsang mikroba dan aktivitas enzim. Bahkan, ada juga yang mampu menyerap logam berat.
Pada jamur tiram ditemukan zat lovastatin, Lovastatin adalah salah satu jenis obat statin. Obat ini kerap digunakan untuk pada pengidap hiperkolesterolemia. Dengan obat statin, kadar kolesterol (lipid) dalam darah yang terlalu tinggi dapat dibantu untuk diturunkan.
Hasil penelitian pada binatang menunjukkan konsumsi jamur tiram dapat memberikan efek penurunan kadar lipid dalam darah. Meskipun begitu, efek tersebut tidak ditemukan pada hasil penelitian terhadap pasien HIV dengan kadar kolesterol tinggi akibat obat antiretroviral.
Bukan hanya itu, jamur tiram berpotensi sebagai obat anti tumor. Hal ini dibuktikan pada penelitian terhadap tikus. Pada penelitian tersebut, tikus yang menderita tumor dapat memiliki usia hidup yang lebih panjang karena mengonsumsi jamur tiram. Sayangnya, khasiat ini belum dibuktikan pada manusia.
Jamur tiram ternyata juga bersifat antijamur karena memiliki zat peptide yang terkandung di dalam tubuhnya, disebut dengan pleurostrin. Suatu penelitian mengisolasi zat peptide ini dari jamur tiram dan menunjukkan adanya aktivitas yang menghalangi pertumbuhan beberapa jenis jamur, misalnya Fusaerium oxysporum yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Manfaat jamur tiram yang sudah pernah dibuktikan pada manusia adalah pada anak-anak yang memiliki kondisi infeksi saluran pernapasan atas. Pada penelitian itu, jamur tiram menunjukkan efek anti alergi. Tidak hanya itu, berbagai penelitian juga menunjukkan kemampuan jamur tiram dalam menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan kadar hormon insulin pada penderita diabetes tipe 2.